Ilmu Budaya Dasar Manusia dan
Pandangan Hidup
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa karena atas ijin dan kuasanyalah sehingga saya bisa menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Makalah ini
berjudul “ Manusia dan Keindahan “ dimana didalamnya membahas tentang makna
keindahan, makna renungan , serta makna kehalusan.
Pada dasarnya makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas
matakuliah Ilmu Budaya Dasar, Namun lebih dari itu penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua untuk menambah ilmu pengetahuan kita umumnya tentang manusia
dan keindahan.
Ucapan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah
IBD, seluruh teman-teman Teknik Informatika, serta semua yang ikut memberikan
bantuan baik berupa materi, tenaga ataupun sumbang pikiran atas terselesaikanya
makalah ini. Kurang dan lebihnya penulis memohon maaf dan akhir kata saya
ucapkan banyak terimakasih.
Depok, 30
Juni
2019
Penyusun
Muhammad Fauzan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pandangan hidup merupakan suatu
dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan jasmani dan rohani. Pandangan
hidup ini sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat, atau negara. Semua
perbuatan tingkah laku dan aturan serta undang-undang harus merupakan pancaran
dari pandangan hidup yang telah dirumuskan.
Pandangan hidup sering disebut
filsafat hidup. Filsafat berarti cinta akan kebenaran, sedangkan kebenaran
dapat dicapai oleh siapa saja. Hal inilah yang mengakibatkan pandangan hidup
itu perlu dimiliki oleh semua orang dan semua golongan.
Muslim sejati hendaknya
memiliki pandangan hidup yang Islami, agar apa yang ia lakukan senantiasa
berlandaskan pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk menyusun makalah yang berjudul, “Manusia Dan Pandangan Hidup Yang
Islami”, agar dapat membantu kita semua memiliki pandangan hidup yang islami,
yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits.
B. Rumusan
Masalah
1. Mengapa
perlu adanya pandangan hidup manusia?
2. Apa
saja sumber pandangan hidup manusia?
3. Apa
saja aliran keyakinan atau kepercayaan yang mendasari pandangan hidup manusia?
C. Tujuan
1. Mengetahui
dan Mejelaskan pandangan hidup manusia
2. Mendeskripsikan
sumber-sumber pandangan hidup manusia
3. Menjabarkan
alira-aliran keyakinan atau kepercayaan yang mendasari pandangan hidup manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
PANDANGAN HIDUP DAN IDEOLOGI
1. Pandangan
Hidup
Pandangan hidup adalah
nilai-nilai yang dianut oleh sutau masyarakat, yang dipilih secara selektif
oleh para individu dan golongan di dalam masyarakat (Koentjaraningrat, 1980).
Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Cita-cita,
kebajikan, dan sikap hidup itu tak dapat dipisahkan dengan kehidupan. Dalam
kehidupannya manusia tidak dapat melepaskan diri dari cita-cita, kebajikan, dan
sikap hidup itu (Suyadi, M.P., 1985).
Pandangan hidup merupakan
bagian dari hidup manusia. Tidak ada seorang pun yang hidup tanpa pandangan
hidup meskipun tingkatannya berbeda-beda. Pandangan hidup itu mencerminkan
citra diri seseorang karena pandangan hidup ini mencerminkan cita-cita atau
aspirasinya (Manuel Kaisiepo, 1982). Apa yang dikatakan oleh seseorang adalah
pandangan hidup karena dipengaruhi oleh pola berpikir tertentu. Tetapi,
terkadang sulit dikatakan suatu itu pandangan hdiup, sebab dapat pula hanya
suatu idelisasi belaka yang mengikuti kebiasaan berpikir yang sedang
berlangsung di dalam masyarakat.[1]
Biasanya orang akan selalu
ingat dan taat kepada Sang Pencipta bila sedang dirundung kesusahan. Namun,
bila sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta kecukupan, mereka lupa akan
pandangan hidup yang diikutinya, berkurang rasa pengabdiannya kepada Sang Pencipta.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:
1) Kurangnya
penghayatan pandangan hdiup yang diyakini
2) Kurangnya
keyakinan pandangan hidupnya
3) Kurang
memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam pandangan hidupnya.
4) Kurang
mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada dalam
pandangan hidupnya.
5) Atau
sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri. (Habib Mustopo, 1986)
Manuel Kaisiepo (1982) dan Abdurrahman Wahid
(1985) berpendapat bahwa pandangan hidup bersifat elastis. Maksudnya bergantung
pada situasi dan kondisi serta tidak selamanya bersifat positif.[2] Bahkan pandangan hidup dapat terjadi
tidak dengan kesadaran atau “kesadaran yang dinyatakan,” tetapi “kesadaran yang
tak dinyatakan”, sebagai akibat kepengapan kondisi.[3]
2. Sumber
Pandangan Hidup
Ada bermacam-macam sumber
pandangan hidup. Ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1) Pandangan
hidup yang bersumber dari agama (pandangan hidup muslim). Kebenarannya mutlak.
Contoh, pandangan muslim bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul (sikap,
perkataan, dan perbuatan Nabi Muhammad SAW). Dengan demikian maka, pandangan
hidup muslim adalah kesetiaannya kepada Islam tentang berbagai masalah asasi
hidup manusia, yang merupakan jawaban muslim yang berorientasi terhadap Islam
mengenai berbagai persoalan pokok hidup manusia yang tersimpul dalam Al-Qur’an
dan Hadits.[4]
Pandangan hidup muslim terdiri atas:
a. Pedoman
hidup ialah Al-Qur’an (QS Al-Baqarah : 2) dan As-Sunnah
b. Dasar
hidupnya ialah Islam
c. Tujuan
hidupnya
1) Berdasarkan
arahnya ialah (1) tujuan hidup vertikal mendapatkan keridhaan Allah (QS
Al-Baqarah : 207), (2) tujuan hidup horizontal ialah kebahagiaan dunia dan
akhirat (QS Al-Baqarah : 201) serta menjadi rahmat bagi segenap alam (QS
Al-Anbiya : 107).
Ditinjau dari segi lingkungan:
a) Tujuan
sebagai individu (QS Al-Baqarah : 208)
b) Tujuan
sebagai anggota keluarga (QS Ar-Rum : 21)
c) Tujuan
sebagai warga lingkungan (QS Saba’ : 15)
d) Tujuan
sebagai warga negara atau bangsa (QS Saba’ : 15)
e) Tujuan
sebagai warga dunia (QS Al-Qasas : 77)
f) Tujuan
sebagai warga alam semesta (universum) (QS Al-Baqarah : 107)
d. Tugas
hidup muslim adalah ibadah (QS Az-Zariyat : 56), termasuk ibadah dalam arti
khusus dan arti luas.
e. Fungsi
hidup muslim adalah (1) sebagai khalifah dimuka bumi, yaitu menerjemahkan
segala sifat-Nya ke dalam perikehidupan dan penghidupan sehari-hari dalam
batas-batas kemanusiaan (kemampuan), melaksanakan segala yang diridhai Allah
diatas persada buana ciptaan Allah (QS Al-Baqarah : 30). (2) sebagai fungsi
risalah atau penerus risalah (ajaran) Nabi, pengemban tugas dakwah kepada
segenap umat manusia (QS Ali-Imran : 104).
f. Alat
hidup muslim adalah harta benda dan segala sesuatu yang dimilikinya, jiwa raga
dan sebagainya.
g. Teladan
hidupnya adalah Nabi Muhammad, utusan Allah (QS Al-Qalam:4). Hadits: “Sesungguhnya
aku dibangkitkan untuk menyempurnakan akhlak yang utama, budi yang tinggi.”
h. Kawan
hidup muslim dalam arti khusus adalah suami atau istri yang taat kepada Allah
(QS Ar-Rum : 21, QS Al-A’raf : 189, QS At-Taubah : 71, QS An-Nisa : 34)
i. Lawan
hidup muslim adalah setan (QS An-Nas : 4-6)
Pandangan hidup muslim, ruang lingkupnya
meliputi seluruh bidang hidup manusia. Ia hendak menuang bukan saja kehidupan
perseorangan, melainkan juga susunan masyarakat manusia kedalam pola-pola yang
sehat sehingga ajaran Islam dapat dibangun dengan sebenar-benarnya di permukaan
bumi (Maududi, 1979).
2) Pandangan
hidup yang bersumber dari ideologi merupakan abstraksi dari nilai-nilai budaya
suatu negara atau bangsa. Misalnya ideologi Pancasila dapat merupakan sumber
pandangan hidup, sebagimana halnya P4.
3) Pandangan
hidup yang bersumber dari hasil perenungan seseorang sehingga dapat merupakan
ajaran atau etika untuk hidup, misalnya aliran-aliran kepercayaan.
3. Ideologi
Ideologi menurut William (1959) mengandung dua
hal, yaitu:
1) Unsur-unsur
filsafat yang digunakan, atau usulan-usulan yang digunakan sebagai dasar untuk
kegiatan.
2) Pembenaran
intelektual untuk seperangkat norma-norma, seperti kapitalisme dan sebagainya.
Ideologi merupakan komponen dasar terakhir
dari sistem-sistem sosio-budaya. Pengertian ini menyangkut sistem-sistem dasar
kepercayaan dan petunjuk hidup sehari-hari. Suatu ideologi bagi masyarakat
tersusun dari tiga unsur, yaitu (1) pandangan hidup, (2) nilai-nilai, (3)
norma-norma (Lenski), 1974).
Pendapat ini menunjukkan bahwa
pandangan hidup itu merupakan bagian dari ideologi kebudayaan dapat membuat
kemungkinan-kemungkinan menjawab pertanyaan mengapa (why) tentang sesuatu dari
kehidupan. Untuk menjawabnya, masyarakat mengekspresikan hasil kebudayaannya
untuk mencapai beberapa pengertian. Dalam kenyataannya ternyata ilmu
pengetahuan mampu menjawab pertanyaan mengapa (why)-nya sesuatu, tetapi
sekaligus mengundang pertanyaan-pertanyaan selanjutnya.
Pada abad ke-18 dan awal abad
ke-20, banyak orang berpikir bahwa ilmu pengetahuan dapat menggantikan semua
kedudukan ideologi (termasuk pandangan hidup) dan merupakan pelengkap terakhir
dari keterbatasan pandangan hidup. Sudah mafhum bahwa sains modern telah
memikirkan segala sesuatu, bahkan mendidik pribadi untuk bersikap mengambil
sejumlah kemudahan dalam merumuskan pandangan hidupnya. Tetapi, lambat laun
sains tidak dapat menghasilkan kreasinya, dalam kenyataan ia menghindar dari
soal-soal alam yang mendasar tentang realitas.
Seperti diuraikan di muka, di
dalam ideologi tidak hanya ada norma dan pandangan hidup, tetapi ada
nilai-nilai. Hanya yang penting ialah bahwa nilai-nilai itu cenderung mengikat
pandangan hidup. Pandangan hidup merupakan pelengkap nilai-nilai dalam membuat
pembenaran atau rasionalisasi untuk nilai-nilai, seperti untuk melakukan suatu
kegiatan, pandangan hidup memberi semangat kepada nilai-nilai. Demikian pula
norma-norma digunakan untuk hampir seluruh aturan khusus. Bedanya dengan nilai,
kedudukan nilai selalu dalam pengertian umum. Norma berlaku dalam menentukan
perilaku perintah atau larangan, untuk suatu kewajiban dari peranan spesifik
dalam situasi yang spesifik pula sehingga norma menjiwai pandangan hidup dalam
hal-hal yang spesifik.
Dari uraian diatas, tampak pada
kita bahwa ideologi lebih luas daripada pandangan hidup. Ideologi biasanya
tidak dipakai dalam hubungan individu. Ideologi dipakai dalam konteks yang
lebih luas, seperti ideologi negara, ideologi masyarakat, atau ideologi
kelompok tertentu. Ideologi sebagai pedoman hidup merupakan suatu cita-cita
yang ingin dicapai oleh banyak individu dalam masyarakat. Tetapi, lahirnya
suatu ideologi dapat disusun secara sadar oleh tokoh-tokoh, pemikir suatu
masyarakat atau golongan tertentu dari masyarakat, yang diperuntukkan bagi
masyarakat.[5]
B. CITA-CITA
Cita-Cita adalah keinginan yang
ada dalam hati seseorang. Cita-cita itu mungkin tercapai atau mungkin tidak.
Dalam hal cita-cita ini Allah bertanya dalam firman-Nya:
“Atau apakah manusia akan mendapat segala yang
dicita-citakannya?” (QS An-Najm : 24)
Dalam ungkapan manusia punya
cita-cita, tetapi Allah yang menentukan. Agar cita-cita tersebut dikabulkan
oleh Allah, ada beberapa faktor yang harus dipenuhi: berbakti dan berdoa kepada
Allah serta berjuang keras. Syarat-syarat untuk perjuangan harus dipenuhi.
Untuk itu semua diperlukan perjuangan, kerja keras, disiplin belajar tekun, ulet,
sabar, penuh dedikasi dan manusiawi serta bertakwa kepada Allah. Sebab kegiatan
apapun yang kita lakukan, ketentuan di tangan Allah. Namun demikian Tuhan tidak
akan mengubah nasib seseorang atau suatu kaum apabila kaum itu tidak mengubah
nasibnya sendiri. Firman Allah SWT. dalam Al-Quran:
“Allah tidak akan mengubah
nasib seseorang atau suatukaum, apabila kaum itu tidak mengubahnya sendiri.”
(QS Al-Anfal : 53)
Tetapi bila cita-cita belum
tercapai akibat belum terpenuhi persyaratannya maka cita-cita tersebut baru
disebut harapan. Namun demikian, cita-cita yang bertaruh harapan masih
merupakan unsur pandangan hidup, karena masih member kemungkinan ada
keberhasilan dan ini mendorong manusia untuk tetap berusaha mengatasi kegagalan
yang dialami.
C. KEBAJIKAN
1. Makna
Kebajikan
Kebajikan dapat diartikan
kebaikan, sesuatu yang mendatangkan kebaikan, keselamatan, keuntungan,
kemakmuran, dan kebahagiaan. Manusia berbuat kebaikan, karena menurut
kodratnya, manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, suci. Dengan kesucian
jiwanya itu mendorong hati nuraninya untuk berbuat kebaikan. Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya Allah menyuruh
(kamu) berlaku adil dan berbuat kebaijkan, memberi kaum kerabat, dan Allah
melarang dia berbuat keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS An Nahl : 90)
“Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS An-Nahl :
128)
2. Sumber
Kebajikan
Kebajikan berasal dari dua
sumber, yaitu manusia sebagai khalifah Allah di bumi ini, dan Allah Yang Maha
Kuasa, yang menciptakan manusia beserta alam semesta dan isinya.
Kebajikan Tuhan adalah berupa
karunia-Nya. Bagi orang yang tidak beriman kepada Tuhan mereka tidak percaya
adanya kebajikan yang berasal dari karunia-Nya. Tetapi bagi orang yang beriman,
ia percaya bahwa kebajikan manusia adalah karena karunia-Nya juga. Manusia
sekedar perantara saja.
Kebajikan itu dapat berupa
tingkah laku atau perbuatan, benda-benda yang berwujud atau benda-benda yang
tak berwujud.
Sabda Rasulullah SAW:
“Barangsiapa yng dikehendaki
baik oleh Allah, maka ia dipintarkan dalam hal keagamaan dan diilhami oleh-Nya
kepandaian dalam hal itu.” (HR Bukhari, Muslim dan Tabrani)
Firman Allah SWT:
“Allah mengangkat orang-orang
yang beriman dari golonganmu semua dan juga orang-orang yang dikaruniai ilmu
pengetahuan hingga beberapa derajat.” (QS Mujadalah : 11)
Dalam menjelaskan kebajikan
ilmu bahwa ilmu pengetahuan itu lebih utama daripada ibadah dan penyaksian,
Rasulullah SAW bersabda:
“Keutamaan seorang alim diatas
seorang ‘abid (orang yang beribadah) sebagaimana keutamaanku di atas serendah
dari golongan sahabat-sahabatku.” (HR Tirmidzi)
Sehubungan dengan kebajikan dan
keutamaan ilmu pengetahuan, salah-satu wasiat yang disampaikan oleh Luqman
kepada anaknya ialah:
“Hai anakku, pergaulilah para
alim ulama dan rapatilah mereka itu dengan kedua lututmu, sebab sesungguhnya
Allah SWT menghidupkan hati dengan cahaya hikmat sebagaimana Dia menghidupkan
bumi dengan hujan lebat dari langit.”
D. KEYAKINAN
ATAU KEPERCAYAAN
Keyakinan atau kepercayaan yang
menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuatan Tuhan. Untuk
mengetahui hal ini marilah kita ikuti uraian Prof Dr. Harun Nasution. Menurut
beliau ada tiga aliran filsafat, yaitu aliran naturalisme, aliran
intelektualisme, dan aliran gabungan.
1. Aliran
Naturalisme
Hidup manusia dihubungkan
dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari
natur, dan natur itu dari Tuhan, Tetapi bagi yang tidak percaya Tuhan, natur
itulah yang tertinggi. Tuhan menciptakan alam semesta lengkap dengan
hukum-hukumnya, secara mutlak dikuasai Tuhan.
Aliran naturalisme berintikan
spekulasi, mungkin ada Tuhan dan mungkin tidak ada Tuhan. Lalu mana yang benar?
Yang benar adalah keyakinan. Jika kita yakin Tuhan itu ada, maka kita katakan
Tuhan itu ada. Bagi yang tidak yakin dikatakan Tuhan tidak ada, yang ada
hanyalah natur.
Ajaran agama itu ada dua macam:
1) Ajaran
agama yang dogmatis, yang disampaikan oleh Tuhan melalui Nabi-Nabi. Ajaran ini
bersifat mutlak, terdapat dalam Al-Quran dan Hadits. Sifatnya tetap, tidak
berubah-ubah.
2) Ajaran
agama dari pemuka-pemuka agama, yaitu sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya
relatif (terbatas). Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama termasuk dalam
kebudayaan, terdapat dalam buku-buku agama yang ditulis pemuka-pemuka agama.
Sifatnya dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan agama.
Apabila aliran naturalisme ini
dihubungkan dengan pandangan hidup maka keyakinan manusia itu bermula dari
Tuhan. Jadi, pandangan hidupnya dilandasi oleh ajaran-ajaran agama. Pandangan
hidup yang dilandasi oleh keyakinan bahwa Tuhanlah kekuasaan tertinggi, yang
menentukan segala-galanya, disebut pandangan hidup keagamaan (religius).
Sebaliknya, apabila manusia
tidak mengakui adanya Tuhan, natur adalah kekuatan tertinggi, maka keyakinannya
itu bermula dari kekuatan natur. Pandangan hidupnya dilandasi oleh kekuatan
natur (ateistik). Ini disebut pandangan hidup komunisme.
2. Aliran
Intelektualisme
Dasar aliran ini ialah akal
atau logika. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal manusia berpikir. Mana yang
benar menurut akal itulah yang baik, walaupun mungkin bertentangan dengan hati
nurani.
Akal berasal dari bahasa Arab,
artinya kalbu, yang berpusat di hati. Sehingga timbul istilah “hati nurani”,
artinya “daya rasa”. Di barat hati nurani ini menipis, justru yang menonjol
ialah akal yaitu logika berpikir. Karena itu aliran ini banyak dianut oleh
kalangan barat.
Apabila aliran ini dihubungkan
dengan pandangan hidup maka keyakinan manusia itu bermula dari akal. Jadi
pandangan hidup itu dilandasi oleh keyakinan kebenaran yang diterima akal.
Benar menurut akal itulah yang baik. Manusia yakin bahwa kebajikan hanya dapat
diperoleh dengan akal (ilmu dan teknologi). Pandangan hidup ini disebut
liberalisme.
3. Aliran
Gabungan
Dasar aliran ini adalah
kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari
Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar
kebudayaan, yang menentukan benar tidaknya sesuatu. Segala sesuatu dinilai
dengan akal, baik sebagai logika berpikir maupun sebagai daya rasa (hati
nurani). Jadi apa yang benar menurut logika berpikir, juga dapat diterima oleh
hati nurani.
Apabila aliran ini dihubungkan
dengan pandangan hidup maka akan timbul dua kemungkinan pandangan hidup.
Apabila keyakinan lebih berat didasarkan pada logika berpikir, sedangkan hati
nurani dinomorduakan, kekuatan gaib dari Tuhan diakui adanya tetap tidak
menentukan. Dan logika berpikir tidak ditekankan pada logika
berpikir individu, melakinkan logika berpikir kolektif. Pandangan hidup ini
adalah disebut sosialisme.
Apabila dasar keyakinan itu
kekuatan gaib dari Tuhan dan akal, kedua-keduanya mendasari keyakinan secara berimbang,
akal dalam arti baik sebagai logika berpikir maupun sebagai hati nurani, logika
berpikir secara individual maupun secara kolektif. Pandangan hidup ini disebut
sosialisme religius. Kebajikan yang dikehendaki adalah kebajikan yang benar
menurut logika berpikir dan dapat diterima oleh hati nurani, semuanya itu
berkat karunia Tuhan.
Pandangan hidup sosilaisme
menekankan pada logika berpikir kolektif, sedangkan pandangan hidup sosialisme
religius menekankan pada logika berpikir kolektif dan individual. Pandangan
hidup sosialisme mengutamakan logika berpikir daripada hati nurani, sedangkan
sosialisme religius mengutamakan kedua-duanya, logika berpikir dan hati nurani.
Pandangan hidup sosialisme tidak begitu menghiraukan kekuasaan Tuhan,
sebaliknya bagi sosialisme religius kekuasaan Tuhan justru menentukan.[6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pandangan hidup adalah
nilai-nilai yang dianut oleh sutau masyarakat, yang dipilih secara selektif
oleh para individu dan golongan di dalam masyarakat yang terdiri atas
cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup.
Terdapat 3 sumber pandangan
hidup:
1. Pandangan
hidup yang bersumber dari agama (pandangan hidup muslim) yang kebenarannya
bersifat mutlak (absolut).
2. Pandangan
hidup yang bersumber dari ideologi yang merupakan abstraksi dari nilai-nilai
budaya suatu negara atau bangsa.
3. Pandangan
hidup yang bersumber dari hasil perenungan seseorang sehingga dapat merupakan
ajaran atau etika untuk hidup.
Manusia yang memiliki pandangan
hidup yang baik dan benar (khususnya muslim), pasti memiliki cita-cita yang
dengannya mereka akan sungguh-sungguh dalam memperjuangkan cita-cita tersebut
sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadits. Kemudian, pandangan hidup yang baik
dan benar juga akan melahirkan kebajikan-kebajikan dalam diri manusia terhadap
sesama dan lingkungannya (alam semesta).
Keyakinan atau kepercayaan yang
menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuatan Tuhan. Terdapat
tiga aliran besar keyakinan atau kepercayaan yang mendasari pandangan hidup
manusia. Diantaranya ialah, aliran naturalisme, aliran intelektualisme, dan
aliran gabungan. Aliran naturalisme mendasari pemikirannya berdasarkan hal yang
gaib, sedangkan aliran intelektualisme berpendapat bahwa akal adalah sumber
utama dari kebenaran. Sementara aliran gabungan ialah gabungan dari kedua
aliran sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Soelaeman, M. Munandar, Ilmu
Budaya Dasar Suatu Pengantar, Bandung: Refika Aditama, 2001
Mawardi, dan Hidayati,
Nur, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar,Bandung:
CV Pustaka Setia, 2000
Notowidagdo, Rohiman, Ilmu
Budaya Dasar Berdasarkan Al-Quran Dan Hadits, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar